<$BlogRSDUrl$>
piye kabare mudika kentungan
kentungan youth which the people still funny on this day n tomorrow...

Peduli AIDS

Thursday, December 01, 2005
Semalam, sewaktu menunggu jam tidur, ada hal rutin yang saya tonton setiap hari rabu malam. Acara bertajuk Lepas Malam-yang ditayangkan salah satu stasiun tv swasta- memang selalu menyuguhkan hal2 yang menarik untuk disimak, apalagi dibawakan secara apik oleh Farhan. Karena menjelang hari AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember, maka tema yang dibicarakan adalah seputar AIDS itu sendiri(yg notabene adalah penyakit yg disebabkan virus HIV). Bintang tamu yg pertama adalah Aline dan obrolan tentang segala hal yg berhubungan dengan AIDS baik sebab, cara penularan, maupun imbas dan efeknya dalam kehidupan manusia. Obrolannya masih seputar hal yang umum2, sampai datang tamu kedua (sory, aku lupa namanya) yang membuatku terhenyak dan terkejut. Ternyata dia adalah penderita atau lebih tepatnya pengidap HIV positif. Sungguh benar2 sesuatu yang tak pernah terbayang sebelumnya, seorang pengidap HIV positif berani tampil di publik dan jujur mengakui kalo dirinya mengidap virus mematikan itu. Itulah yang membuatku salut terhadapnya. Terlebih kejujurannya tersebut berisiko bahwa tidak semua orang bisa menerima keberadaanya. Dari pengalaman yg diceritakannya mulai dari awal ia tertular, bagaimana setelah ia mengetahui kalau dirinya kena HIV, dan respon masyarakat terhadapnya membuatku tahu apa yang sebenarnya dialami dan dibutuhkan oleh seorang pengidap HIV atau AIDS. Ada hal yg dilematis bagi seorang OHIDA (Orang yang Hidup dengan AIDS) bahwa saat dia berusaha terbuka untuk mengakui kalo dia pengidap HIV, maka justru banyak orang mengucilkannya. Ada sikap diskriminatif yang ditunjukkan oleh masyarakat. Padahal seorang OHIDA adalah manusia biasa seperti kita yang justru membutuhkan dukungan dan kasih sayang dari kita. Hanya saja pengetahuan kita yang kurang tentang AIDS itu sendiri yang membuat kita menjauhi mereka. Tentu saja hal ini adalah sesuatu yang keliru. Dan dari pengalaman tersebut aku jadi berefleksi diri apakah aku juga bisa menjadi sahabat bagi orang2 sekitarku bila ternyata ada di antara mereka yang mengidap AIDS. Ada satu hal yang pasti, bahwa kepedulian kita adalah satu titik cahaya yang mungkin berguna bagi saudara2 kita tersebut, dan semoga kepedulian tersebut tidak hanya berhenti pada pin peduli AIDS yang tersemat di dada sebelah kiri, dan tidak berhenti pada penggalan lagu berikut
Letakkanlah tanganmu di atas bahuku
biar terbagi beban itu dan tegar dirimu
di depan sana cahya kecil tuk memandu
tak hilang arah kita berjalan, menghadapinya....


[the dirigen yg masih saja jadi jobseeker]
8:16 AM :: ::
0 Comments:
Post a Comment
<< Home

mudika :: permalink